Ketika kita melakukan kinerja tugas misalnya bekerja
di kantor, bekerja di rumah, kita merasakan bahwa cahaya kurang, mata cepat
lelah, tingkat error dari pekerjaan yang meningkat, produktifitas menurun,
silau dan masih banyak lagi keluhan terkait kondisi pencahayaan ruangan
kita. Kondisi pencahayaan yang kita
rasakan bisa kurang atau kelebihan dengan istilah lain terjadi polusi cahaya.
Tentu hal ini tidak kita inginkan karena akan berakibat pada kenyamanan dalam
beraktifitas, produktifitas dan kesehatan kita. Berapa sih sebenarnya kebutuhan
tata cahaya yang berkualitas dan efisien untuk mendukung berbagai aktifitas
kita? Yuk kita simak tulisan berikut ini.
1.
Pencahayaan
Mata dan pikiran kita merespon secara emosional untuk
kehadiran cahaya dan menikmati secara intuitif perbedaan jenis atmosfer yang
disebabkan karena pencahayaan. Tanpa cahaya hidup serasa hampa dan tidak
bermakna. Cahaya sangat diperlukan dalam seluruh aktivitas kehidupan kita baik
berupa cahaya alami maupun cahaya buatan. Oleh karenanya tata cahaya yang baik
dan sesuai dengan fungsinya dalam hal ini memegang peranan yang penting.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan
keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek
yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut
sumbernya pencahayaan dibagi menjadi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal
dari sinar matahari. Cahaya matahari/pencahayaan alami mempunyai banyak
keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk
mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang
besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber
alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan agar penggunaan cahaya alami mendapat keuntungan, yaitu: variasi intensitas cahaya matahari, distribusi dari
terangnya cahaya, efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan,
letak geografis dan fungsi bangunan gedung.
Pencahayaan buatan
adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.
Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok
pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat, memungkinkan
penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman, tidak
menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja, memberikan
pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak
menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang serta meningkatkan
lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
2.
Green Lighting
Green lighting adalah suatu konsep
terpadu untuk penghematan energi pada tata pencahayaan atau tata iluminasi. Selama
ini penghematan energi pada pencahayaan yang banyak dikenal orang adalah
panggantian lampu pijar dengan lampu fluoresen kompak (CFL). lampu LED atau
masyarakat umum lebih mengenal dengan sebutan lampu hemat energi (LHE). Suatu
pengertian yang sebenarnya kurang tepat, karena penghematan energi listrik pada
produk pencahayaan yang sebenarnya adalah peningkatan efikasi atau peningkatan
rasio besar cahaya yang dikeluarkan dan daya yang dipergunakan (lumen/watt).
Sedangkan definisi Green Lighting itu sendiri adalah penghematan
konsumsi daya listrik dan atau penggunaan zat berbahaya sehubungan dengan
perubahan iklim (climate change),
melalui peningkatan efesiensi tata iluminasi namun dengan tetap mengacu pada kualitas pencahayaan
yang baik. Konsep Green
Lighting merupakan keterpaduan antara tiga komponen yaitu kebutuhan manusia (kenyamanan visual, mood &
atmosfer, kesehatan & keamanan), arsitektur (bentuk, komposisi, style,
standard), ekonomi dan lingkungan (instalasi, pemeliharaan, konsumsi energi,
lingkungan) untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang
baik.
3.
Kualitas Pencahayaan
Secara umum kualitas pencahayaan adalah tingkat iluminasi
yang sesuai dengan kebutuhan manusia yang menggunakan suatu area. Kualitas
pencahayaan didefinisikan sebagai tingkat luminous yang diperlukan orang dalam menggunakan
ruangan ("Veith and Newsham 1996"). Kebutuhan
manuasi akan pencahayaan dapat dikategorikan dalam 6 (enam) pendekatan yaitu:
kinerja visual, kinerja lanjutan (membaca, menjahit, menulis), interaksi sosial
dan komunikasi, kesehatan dan keselamatan, kondisi kejiwaan (gembira, puas,
bersemangat) dan estetika. Adapun pentingnya kinerja atau kualitas pencahayaan
meliputi:
Tingkat Pencahayaan yang
Sesuai dengan Kegiatan
Tingkat pencahayaan (iluminans) fluks luminus (lumen) yang datang ke permukaan atau
hasil bagi antara fluks cahaya dengan luas permukaan yang disinari dinyatakan
dalam satuan lux. Tingkat pencahayaan yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah akan menyulitkan pegawai atau karyawan dalam bekerja
dan bisa menyebabkan pegawai atau karyawan kelelahan dan kurang optimal.
Kecerahan atau Kontras
Obyek
Meskipun dengan tingkat pencahayaan yang sesuai, tetapi
jika kecerahannya kurang akan menyebabkan kesulitan. Hal ini dapat diatasi
dengan mengatur temperatur warna (Correlated
Colour Temperature). Warna cahaya lampu tidak merupakan indikasi terhadap
efeknya pada warna obyek, tetapi lebih pada memberikan suasana atau atmosfir.
Temperatur warna adalah indikasi
satuan warna cahaya dalam satuan Kelvin (K). Temperatur warna memiliki pengaruh
(kesan) psikologis terhadap suatu ruang yang ingin diciptakan (dingin dan
hangat).
Pemilihan warna cahaya lampu bergantung pada tingkat
pencahayaan yang diperlukan.sehingga diperoleh pencahayaan yang nyaman. Semakin
tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan maka temperatur warna adalah jenis
lampu dengan temperatur warna lampu > 5000 K (daylight), sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. Sedangkan
untuk kebutuhan tingkat iluminasi yang tidak terlalu tinggi, maka warna lampu
yang digunakan < 3300 K (warm white).
Renderasi Warna Cahaya
Renderasi warna adalah kemampuan suatu sumber cahaya (buatan atau alami) untuk
mendefinisikan warna sebenarnya dari suatu objek atau benda. Sumber Cahaya mempunyai kemampuan
bervariasi dalam renderasi warnanya. Renderasi warna adalah evaluasi bagaimana
penampakan warna obyek di bawah sumber cahaya. Sebagai contoh bayangan merah
dapat terrenderasi menjadi merah muda, lebih kuning, lebih terang atau lebih
gelap tergantung pada karakteristik iluminasi yang jatuh padanya atau renderasi
warna cahaya (Ra) sumber cahaya atau lampu. Renderasi warna atau Colour
Rendering Index (CRI) secara lebih mudahnya diartikan sebagai bagaimana warna
obyek atau benda jika terkena cahaya. Warna semakin sesuai dengan warna
aslinya, berarti lampu tersebut memiliki CRI yang bagus.
4.
SNI 6197:2020 Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6197: 2020 merupakan revisi
dari SNI 6197:2011. Standar ini disusun oleh Komite Teknis 27-06 dan telah
melalui tahap jajak pendapat pada tangga; 15 Oktober sampai dengan 14 Desember
2020 dan telah disetujui oleh BSN menjadi SNI dan ditetapkan pada tanggal 30
Desember 2020 dan dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan. Standar
Komservasi Energi pada Sistem Pencahayaan ini merupakan pemutakhiran dan
penyempurnaan dari SNI 6197 dengan judul yang sama yang diterbitkan sebagai
edisi pertama pada tahun 2000 dan edisi kedua pada tahun 2011. Pemutakhiran dan
penyempurnaan dilakukan dengan menggunakan data tingkat efikasi lampu yang ada
saat ini. Revisi meliputi perubahan nilai – nilai yang direkomendasikan serta
penyempurnaan desain perancangan dengan mengikuti perkembangan teknologi
pencahayaan.
Dua faktor kunci dalam konservasi energi energi sistem
pencahayaan adalah pertama, tingkat pencahayaan yang direkomendasikan dalam
suatu ruangan, kedua, densitas daya lampu maksimum yang ditetapkan sebagai
kondisi perancangan.
Densitas Daya Lampu
Perhitungan densitas daya lampu maksimum dapat
dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu:
a.
Metode bangunan yang disederhanakan
1.
Metode bangunan yang disederhanakan adalah untuk
menghitung densitas daya lampu maksimum untuk sistem pencahayaan interior dan
eksterior.
2.
Digunakan untuk menghitung konsumsi energi lampu
dengan luas lantai kotor (gross) untuk setiap jenis ruangan
3.
Nilai rerata densitas daya lampu bangunan
tersebut merupakan nilai rerata dari gabungan jenis ruangan
b.
Metode bangunan yang disederhanakan
1.
Metode perhitungan yang nilai akhirnya adalah
fleksibel sesuai bentuk dan volume ruangan
2.
Setiap ‘ruang’ merupakan ruang dengan pembatas
(partisi setinggi 80%) dan dapat dibagi lagi menjadi bagian ruangan yang lebih
kecil
3.
Area yang dihitung adalah area netto, dengan
garis tengah dinding (interioraaa0 atau permukaan luar (eksterior)
4.
Nilai densitas daya lampu dapat bertambah
apabila ada interior tambahan atau ketinggian ruangan dan dikoreksi berdasarkan
indeks ruang (K)
K
dengan
K |
= |
indeks ruang |
Tinggi rongga ruangan |
= |
inggi pemasangan luminer – tinggi bidang kerja
|
5.
Jika ketinggian ruangan lebih besar dari jenis
ambang RCR yang tercantum di ASHRAE, peningkatan LPD sebesar 20% untuk ruang
itu masih diperbolehkan
6. Untuk ruang koridor/transisi, penambahan nilai densitas daya lampu diperbolehkan untuk ruang dengan lebar kurang dari 2,5 m dengan mengabaikan faktor RCR
Demikian secara singkat ulasan mengenai kriteria sistem pencahayaan yang memenuhi kualitas dan efisien sehingga mendukung produktivitas dan kenyamanan kita dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari yang mengacu pada SNI 6197:2020. Semoga bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal – hal yang kurang jelas silakan berkirim email. #Stay Safe, Stay Healthy.
Oleh Endang Widayati
PPSDM KEBTKE
Tags :