“Anak-anak kita para mahasiswa ini punya keinginan, punya
kemauan yang kreatif. Ini sudah dibuktikan dengan kemenangan dalam berbagai
kompetisi, namun kreativitas-kreativitas lain juga harus kita bina juga. Hari
ini kita mendapat kesempatan untuk belajar tentang program hibah bina desa,
meskipun kita sendiri saat ini berada di daerah yang tidak bisa dikatakan
sebagai kota juga. Kita berada di kota kecamatan Cepu. Namun justru disinilah
mahasiswa dituntut untuk bisa berkreasi,” demikian disampaikan oleh Direktur
PEM Akamigas, R.Y. Perry Burhan dalam sambutannya saat membuka secara resmi
Webinar Program Hibah Bina Desa.
Menghadirkan Dr. Beni Bandanajaya, S.T., M.T. Direktur
Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi (8/10/2021). Webinar yang dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan
memperingati Dies Natalis Ke-55 PEM Akamigas ini mengambil tema Program Hibah
Bina Desa “Academy for Society”.
Diikuti oleh sivitas akademika PEM Akamigas, Beni
Bandanajaya mengawali materinya dengan menjelaskan tentang tujuan pendidikan
tinggi vokasi adalah pendidikan yang menyiapkan mahasiswa menjadi professional
dengan keterampilan/kemampuan kerja tinggi, sehingga porsi praktek menjadi
lebih besar dari pada teori. “Dengan banyaknya praktek akan meningkatkan skill atau kemampuan psikomotorik mahasiswa untuk hardskillnya yang didukung dengan softskill yang baik.”
“Selain hardskill
yang kita dorong adalah softskillnya
mahasiswa, yang sangat berkaitan dengan program hibah bina desa ini. Dengan
memberikan pengalaman yang riil. Karena
doing the real thing is the most effective learning (Edgard Dale),” jelas
Beni.
Softskill ini tidak bisa didapat melalui pembelajaran di
kelas, melainkan harus melalui pengalaman langsung di lapangan. Ada beberapa
komponen dan indikator softskill yang
dijelaskan oleh Beni, seperti social
skill dimana mahasiswa mampu bekerja sama (teamwork) dan empati. Kemudian communication
skill (kemampuan berkomunikasi). Berikutnya adalah higher order thinking, dimana mahasiswa harus mampu memecahkan
masalah, berpikir kritis, dan mampu membuat keputusan. Komponen berikutnya
adalah self control dengan indikatornya adalah focus dalam
melakukan pekerjaan, kontrol emosi, dan mampu mengatur diri dengan baik.
Komponen yang terakhir adalah positive
self concept dengan indikatornya adalah percaya diri, jujur, tanggung
jawab, disiplin, teliti, kreatif, inisiatif, dan sebagainya.
Program Bina Desa ini dilatar belakangi oleh tujuan untuk
membangun sumber daya manusia unggul untuk Indonesia maju, pemberdayaan
masyarakat di desa, menggerakkan organisasi mahasiswa untuk turut berkontribusi
membangun desa, dan mendukung kebijakan merdeka belajar, kampus merdeka. (drm)
Tags :