Jakarta, 5 Maret 2025 – Dalam webinar bertajuk "Peran Energi Nuklir dalam Transisi Energi Bersih di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), peran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kembali disoroti sebagai salah satu solusi utama dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) yang diwakili oleh Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Susetyo Edi Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Untuk mencapai target tersebut, kita perlu mengoptimalkan berbagai sumber energi bersih, termasuk energi nuklir. Nuklir memiliki potensi besar sebagai sumber energi yang andal, efisien, dan berkelanjutan. Di banyak negara, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah berkontribusi signifikan dalam penyediaan energi bersih dengan tingkat emisi karbon yang sangat rendah. Dengan perkembangan teknologi dan inovasi di bidang nuklir, potensi ini semakin nyata untuk diterapkan di Indonesia.
Pada webinar ini, kita akan mendalami berbagai aspek penting terkait pengembangan energi nuklir di Indonesia, yang mencakup: perkembangan teknologi dan inovasi PLTN, best-practice PLTN dari negara lain, potensi energi nuklir di Indonesia, kompetensi dan kebutuhan sumber daya manusia PLTN di Indonesia, serta peluang dan tantangan implementasi nuklir di Indonesia ke depan.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM KESDM) terus berupaya untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia dalam bidang energi bersih, termasuk nuklir. Diperlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat untuk memastikan bahwa pengembangan PLTN di Indonesia berjalan dengan aman, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan energi nasional.
Kami berharap webinar ini dapat menjadi wadah diskusi yang konstruktif serta memberikan wawasan baru bagi kita semua. Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam pemahaman dan memperkuat kolaborasi dalam mendorong pemanfaatan energi nuklir di Indonesia, ungkap Susetyo Edi.
Webinar ini menghadirkan Topan Setiadipura, Kepala Pusat Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang memaparkan urgensi transisi energi bersih, tren global energi nuklir, serta strategi implementasi di Indonesia.
Dalam paparannya, Topan Setiadipura menekankan bahwa nuklir memiliki kepadatan energi tinggi, jejak karbon rendah, serta dapat mendukung integrasi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. “Energi nuklir tidak hanya menghasilkan listrik secara efisien, tetapi juga berperan dalam produksi hidrogen hijau serta pemenuhan kebutuhan energi industri,” ujarnya.
Secara global, penggunaan energi nuklir terus berkembang dengan implementasi berbagai teknologi reaktor, termasuk Small Modular Reactor (SMR) yang menawarkan fleksibilitas lebih tinggi dalam penyebaran PLTN. Beberapa negara seperti Uni Emirat Arab dan Turki telah berhasil mengembangkan PLTN sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi mereka.
Indonesia telah menetapkan target transisi energi yang ambisius dengan proyeksi kebutuhan listrik mencapai 1.813 TWh pada 2060, di mana 74% akan bersumber dari energi baru dan terbarukan. Pemerintah juga mempertimbangkan PLTN sebagai salah satu opsi utama dalam peta jalan pengembangan ketenagalistrikan nasional.
Dalam strategi implementasinya, Indonesia mengadopsi dua pendekatan utama, yaitu: Absorpsi Teknologi PLTN dari Vendor Internasional, melalui kerja sama dengan institusi global. Pengembangan Internal PLTN, dengan fokus pada pengembangan Small Modular Reactor (SMR) seperti proyek PeLUIt-40 yang dirancang untuk program de-dieselisasi dan produksi hidrogen rendah karbon.
Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan PLTN di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal investasi, regulasi, serta penerimaan publik. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang matang dalam hal kesiapan SDM, kebijakan, serta infrastruktur pendukung agar implementasi PLTN dapat berjalan efektif.
“PLTN bukan hanya tentang penyediaan energi, tetapi juga mencerminkan kemandirian teknologi dan kedaulatan energi nasional. Dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi dengan mitra strategis, Indonesia dapat mewujudkan PLTN sebagai bagian dari solusi transisi energi bersih,” tutur Topan.
Webinar ini menegaskan bahwa energi nuklir dapat menjadi bagian penting dari strategi dekarbonisasi Indonesia, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 untuk menjadi negara maju dan berkelanjutan. Dengan adanya kebijakan yang jelas dan eksekusi yang tepat, Indonesia berpeluang besar dalam mengembangkan PLTN guna mencapai target Net Zero Emission di masa depan.