Indonesia memiliki komitmen yang sangat besar dalam rangka pengurangan emisi demi mencapai Net Zero Emission (NZE). Untuk mencapai tujuan tersebut, selain pengalihan teknologi, faktor penting lainnya adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian dan kualifikasi memadai. Hal tersebut disampaikan oleh Prahoro Nurtjahyo selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) dalam paparannya pada acara Embassies Forum yang dilaksanakan pada hari Rabu (22/6/2022) bertempat di La Prima Hotel, Labuan Bajo secara hybrid.
Hadir pada kegiatan tersebut dua narasumber lainnya yaitu Dadan Kusdiana - Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dan Yudo Priaadi – Staf Ahli Menteri ESDM bidang Perencanaan Strategis yang juga selaku Ketua Energy Transition Working Group G20.
Undangan yang hadir antara lain adalah perwakilan dari Australia melalui Government of Western Australia , Selandia Baru, Jepang dan Inggris.
Dalam rangka mencapai Net Zero Emission, Kementerian ESDM telah menyusun roadmap hingga tahun 2060 dimana akan difokuskan pada pengurangan penggunaan pembangkit listrik batubara, percepatan pembangunan fasilitas energi baru terbarukan, penggunaan kendaraan listrik, serta penggunaan smart grid.
Terkait roadmap tersebut, Kepala BPSDM ESDM menyampaikan pentingnya sumber daya manusia yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan fasilitas baru tersebut. “Roadmap tidak berarti apabila tidak ada tenaga yang berkompeten untuk menjalankannya” jelas Prahoro.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa BPSDM ESDM berkomitmen untuk menyediakan tenaga yang sesuai dalam rangka mejawab tantangan roadmap tersebut. “Kami memiliki roadmap Net Zero Emmissions, sehingga semua program terkait pengembangan SDM harus mengikuti roadmap tersebut. Kami telah menyiapkan anggaran untuk tahun 2022 dan telah berdiskusi dengan beberapa universitas di luar negeri antara lain selandia baru, Australia, dan Inggris” lanjut Prahoro.
BPSDM ESDM membuka kemungkinan kerjasama dengan pihak universitas yang memiliki program diluar skema pembiayaan negara. Terkait tingkat Pendidikan yang menjadi fokus utama program ini, Prahoro menjelaskan, walaupun bentuk Kerjasama yang ditargetkan untuk program Magister dan Doktoral (S2 dan S3), namun tidak menutup kemungkinan bentuk kerjasama lainnya.
Staf Ahli Menteri ESDM bidang Perencanaan Strategis menggaris bawahi bahwa demi tercapainya target Net Zero Emission, perlu adanya kerjasama antar negara maju dengan negara berkembang dalam bentuk transfer teknologi melalui Pendidikan.
Dalam sambutan penutupnya, Kepala BPSDM ESDM menyampaikan bahwa pasca pelaksanaan forum ini, maka dapat diketahui kapasitas SDM yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, sehingga memperjelas strategi Pendidikan yang akan dilaksanakan, serta mendapatkan prioritas untuk ditindaklanjuti. “Acara seperti ini tidak akan berarti apabila tidak ada tindak lanjut” tutup Prahoro.
Tags :